This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 10 Juli 2019

Sahabat


Sahabat

Sahabatku, sejenak rehatlah dari penat-penat menjerat,
dengarkan pelukan rindu nan menggebu seru,
sementara mengajak semesta mengeja kata, menguntai do’a.

             Seseorang dianggap sahabat biasanya karena memiliki keakraban berbeda dengan yang lain. Boleh jadi sudah merajut pertemanan dalam kurun waktu cukup lama. Sehingga tercipta sebuah hubungan dan kemudian dinamakan persahabatan. Setelah orangtua, dengan sahabatlah kita sering menghabiskan waktu liburan.
         Sahabat ibarat rumah kedua, bersedia mendengarkan cerita bagi kita yang baru tiba dari perantauan. Adanya kedekatan inilah seseorang dapat mengenal satu sama lain. Mengetahui benar bagaimana tingkah laku dan sifat sahabatnya. Sehingga komunikasi ini dapat membantu seseorang menjadi orang yang lebih baik. Sebab selain dituntut menjaga keburukan sesama. Kita pun belajar menciptakan ukhuwah dalam persahabatan.
          Seperti halnya jalinan rumah tangga, seseorang membutuhkan kepercayaan dan dipercaya. Bagaimana hubungan dapat berjalan lama tetapi sekadar titik percaya pun tidak timbul? Ibarat ada orang menginginkan fondasi rumah yang kuat. Tetapi, Ia hanya membangunnya dari bilah bambu dan kayu.
            Jika kita merindukan sahabat, apa yang akan kita lakukan? Merencanakan pertemuan? Atau terbenam mengingat memori lampau? Merindukan masa kecil bukan perkara biasa. Sebab semakin usia menumbuh amanah tidak kian menjauh. Ia mendekat rekat, bukan sekadar ucapan melainkan perlu tindakan.
            Mari mendefinisikan apa itu sahabat,
            lewat peristiwa yang melekat erat dalam benak, 
      ketika diri kita diliputi kegundahan menginginkan persaudaraan yang sehat,           
      persahabatan yang berada dalam keridoan-Nya.
            Sepenggal kisah mengenai esensi rindu pada perputaran waktu. Bagi kita yang sejak kecil sudah dibina dalam lingkungan agamais pasti begitu merindukan suasana religi di ruangan kecil nan mulia. Tempat mengkaji ilmu agama. Tempat menuai berkah dari para ustaz dan ustazah. Menghafal hadis dan ayat-ayat pada juz amma.
            Menggali akidah, menjadi pengharapan supaya kita menjadi manusia berakhlak. Mempelajari fiqih, menjadi asa mengejar ketertinggalan pada hal-hal kecil yang biasa disepelekan. Baik tentang berhadas besar maupun kecil.
            Mendengarkan sirah nabawiyah, mengajak tenggelam pada situasi ketika para guru menyampaikan cerita para nabi dan rasul-Nya. “Anak-anak, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki empat orang sahabat yang selalu mendukung dakwah beliau hingga akhir hayatnya. Sosok pertama, sahabat yang tidak lelah berkata benar. Sahabat Nabi saw ini terkenal dengan kejujuran dan sifatnya yang bijaksana. Beliau juga salah seorang pedagang yang adil. Siapakah dia? Dia adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq radiallahu anhu.
            Sahabat yang kedua adalah sosok pemberani dan tegas. Ia pernah mendatangi rumah penduduk demi melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia rela memikul gandum untuk rakyat miskin. Siapakah dia? Dia adalah Umar Bin Khattab radiallahu anhu.
            Berlanjut pada sahabat Nabi saw yang ketiga, ialah sosok yang terkenal dengan kedermawanannya. Harta kekayaan beliau banyak namun dilimpahkan untuk kemaslahatan umat Islam, beliau adalah Utsman bin Affan radiallahu anhu. Dan sosok yang terakhir adalah seorang pemuda yang terkenal dengan kecerdasan dan keluasan ilmu pengetahuannya. Ia adalah sahabat sekaligus menantu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapakah dia? Dia adalah Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu.”
            Salah satu wujud dari persahabatan adalah bentuk kebaikan. Persahabatan adalah Abu Bakar Ash Shiddiq ra., yang rela mendampingi Nabi Muhammad saw dalam suka dan duka. Melindungi beliau dari ejekan dan pembunuhan yang direncanakan oleh kafir Quraisy.       Persahabatan adalah Umar bin Khattab ra., dengan watak keras dan tegasnya menjadi pembela umat islam. Beliau sosok kritikus yang seringkali memprotes kebijakan Nabi Muhammad saw yang dianggap tidak rasional. Beliau mampu membedakan yang hak dan batil. Sehingga Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam memberi gelar dengan sebutan Al-Faruk yakni Sang Pembeda.
            Adalah Utsman bin Affan, seorang penderma 20.000 dirham untuk menggali mata air demi kepentingan umat. Kekayaannya diperuntukkan mengembangkan Islam dan mendukung dakwah Nabi saw. Dan persahabatan adalah Ali bin Abi Thalib ra., yang berani mempertaruhkan nyawa demi melancarkan hijrah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dengan berbaring di tempat tidur beliau ketika rumah Nabi saw dikepung kafir Quraisy.
            Kita memiliki banyak teman yang tak terhitung dengan jemari. Tetapi, hakikatnya hanya satu atau dua orang yang ada bagaimanapun keadaan kita. Kita mampu mendapati banyak pujian, tetapi sahabat berani melontarkan kritik demi kebaikan.
            Mereka adalah orang yang dipilih-Nya menuntun kita tetap di garis kebajikan. Jangan khawatir! Sahabat bukan soal kuantitas. Kita bisa memilih. Banyak tapi menyesatkan atau satu yang setia mengajak kebaikan?
            “Perumpamaan kawan yang baik adalah seperti orang yang membawa minyak wangi di mana meskipun ia tidak memberi minyak wangi itu kepadamu, niscaya kamu akan mendapatkan baunya yang harum. Sedangkan perumpamaan kawan yang jahat adalah seperti tukang pandai besi di mana bila ia tidak membakar bajumu maka kamu akan kena asap apinya.” (Abdullah bin Mas’ud ra.)
            Bunga dan kupu-kupu. Keduanya sama-sama mendapati keuntungan. Bunga terbantu dengan kupu-kupu yang hinggap di kelopaknya. Dengan kehadiran kupu-kupu terjadilah proses penyerbukan. Begitu juga dengan kupu-kupu yang beruntung bisa menyerap nektar dari bunga.  Inilah bentuk persahabatan flora dan fauna. Sebuah interaksi yang mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
            Jangan sebagai benalu yang diuntungkan karena mendapat air dan mineral dari inangnya. Sehingga sang inang terhambat proses pertumbuhan dan perkembangan sebab hasil serapan akarnya digunakan oleh benalu. Berteman boleh dengan siapa saja. Tetapi  hendaknya kita selektif dan bijak dengan melihat siapa-siapa yang ada sebagai penikmat canda namun hilang ketika duka.
            Ada seseorang yang sudah lama tak ada kabar, tiba-tiba datang karena ia ada butuh. Ada pula yang mengulurkan tangan ketika kita tersungkur jatuh. Sahabat tidak melihat bagaimana rupa, harta dan pangkat. Sahabat hanya memandang, bahwa ada dirinya di mata kita. Meskipun secara raga sudah tak pernah bersua.
            Saat paling bahagia adalah ketika kita menjadi alasan seseorang tersenyum. Orang yang demikian sama halnya pada pohon yang tengah berbuah. Orang-orang senang melihatnya. Ketika kita menjadi prioritas seseorang. Jadilah pendengar yang tenang menangkap curahan hati mereka.
            Sampaikan kabar gembira pada petang,
            meskipun ia datang sekejap,
            tapi detik-detik kemunculannya, ditunggu banyak orang.
            Begitu pula pada ribuan gemintang,
            bergelayutan genit di cakrawala,
            menemani penikmat langit, melepas kerlip-kerlipnya.
            Sekali lagi, persahabatan bisa bertahan bila ada kepercayaan. Percaya menjadi bagian atau perantara memecahkan persoalan. Persahabatan pun tak melulu mulus. Akan ada situasi di mana kesalahpahaman terjadi. Dari situ, diujilah kedewasaan keduanya. Bila egois mendominasi keadaan. Coba keluar walau sekadar meratap langit atau menembus kesunyian di sela-sela lambaian daun.
            Pertengkaran merupakan salah satu ujian persahabatan. Adakah keduanya mampu lulus? Dengan mengalahkan ego-lah, kita memperoleh pelajaran baru dari sebuah universitas kehidupan. Selamat menikmati persahabatan sehat nan taat pada syari’at. Selamat menggapai impian menjadi sahabat sejati dalam hidup seseorang.

                       Yulia Nila Cahya, perempuan kelahiran kota Bahari ini memiliki ketertarikan di dunia kepenulisan sejak awal SMA. "Ku akhiri dengan Move On adalah karya pertamanya yang dikompetisikan dalam lomba bulan bahasa di SMA pada tahun 2012 silam dan berhasil menjadi juara 1. Beberapa kali sempat berkontribusi dalam antologi cerpen dan puisi. Tahun 2015, antologi cerpen pertamanya berjudul Para Pencari Lailatul Qadar sedangkan puisi berjudul Lelaki Tanpa Nama (2016) dan Tamu (2017). Di Balik Diammu, Ayah (2015) menjadi antologi cerpen keduanya. Menyukai bidang astronomi dan apa pun yang berhubungan dengan fonemena alam semesta. Belajar astronomi dianggapnya sebagai wadah mentadabburi kebesaran Allah Ta'ala