Pages - Menu

Pages - Menu

Pages

Jumat, 22 Desember 2017

Esensi Hari Ibu

Ini gue tulis selepas kesibukan (nyuci, ngepel dan kawan-kawannya) hahaha.

Izinkan gue mengutip lirik Muara Kasih Bunda yang fenomenal sebagai opening.

Bunda
Engkaulah muara kasih dan sayang
Apapun pasti kau lakukan
Demi anakmu yang tersayang
Bunda
Tak pernah kau berharap budi balasan
Atas apa yang kau lakukan
Untuk diriku yang kau sayang
Saat diriku dekat dalam sentuhan
Peluk kasihmu dan sayang
Saat ku jauh dari jangkauan
Doa mu kau sertakan

Duapuluh dua Desember,
Kita semua mengenal sosok di balik hari tersebut. Sosok wanita yang mengajari keikhlasan, ketaatan, kedisiplinan dan bentuk kebaikan lainnya. Sosok wanita yang Allah muliakan dalam Al-Qur'an dengan tiga kali panggilan. Sosok wanita yang pandai 'berbohong' dengan suasana hatinya. Letih tak ia tampakkan. Bila marah segera diredanya. Lapar pun ia anggap kenyang.

Teruntuk ibu, mama, mamah, bunda, umi, emak. Dengan takzim kami sampaikan terimakasih sebab engkau rela mempertaruhkan nyawa demi buah hati. Terimakasih, telah menjadi mata, ketika diri ini belum mampu mengenal semesta. Telah menjadi kaki, ketika diri ini belum berdaya tegak berdiri. Telah menjadi tangan, ketika yang diinginkan tak mampu dijangkau lengan.

Seperti sebuah kalimat yang tidak asing, bahwa ibu adalah sekolah atau pendidikan pertama bagi anaknya - Al'ummu madrosatul ula' -. Kelembutan jarinya mengantarkan kita mengenal huruf, angka dan benda-benda. Kesabarannya merangkul kita meniti pribadi shalih dan shaliha.

"Mah, gelap malam tak bisa menemukan rintik air di pelupuk mata, sebab menyembunyikan kesedihan merupakan kepandaianmu."

Hari Ibu bukan hanya di bulan desember. Bukan pula di tanggal duapuluh dua. Hari Ibu adalah setiap hari dalam seminggu. Tiada terlewat. Bahkan ikut beradu dengan dentingan detik menuju menit. 

Mengapa ada Hari Ibu?
Sebagai apresiasi rasa hormat untuk wanita yang 'bekerjanya' melebihi kaum adam. Sejak fajar menyingsing dan mentari belum menyilaukan sinar. Hingga malam yang kian pekat dengan gelapnya. 

Dengan takzim kami sampaikan maaf. Lantaran diri yang selalu membuat kesal. Jasa beliau yang tidak akan terbalas tuntas. Tapi raganya tak pernah membatin lelah. 
Maaf, seringkali diri membenarkan sikap yang salah. Dengannya diambil jemari manis yang sedang beranjak dewasa, diantarkannya ke arah yang benar.

Mah, seluruh dunia mengakui ini hari spesial untukmu. Dalam dua belas bulan, di penghujung tahun, di tanggal kembar, mereka -semua anak- menghadiahkanmu banyak hal; ucapan, pelukan, dsb. 

At least, 22 Desember tidak hanya mengingatkan kita pada malaikat tak bersayap yang dikirimkan-Nya, melainkan pengorbanan demi pengorbanan beliau yang seringkali kita abaikan.

Mari sertakan bapak dan ibu dalam doa kita.
Semoga kesehatan dan kebaikan meliputi beliau.
Bagi kalian yang terbentur jarak, sampaikan kabar dengan segera. 
Sebab meski jarak membentang, doa ibu tidak akan terhalang.


Rabbighfirli waliwaalidayyaa warhamhumaa kamaa rabbayaanii shagiiraa. 
Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangiku di waktu aku masih kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar